Wednesday, July 30, 2025

Ketakutan di Balik Sandi

 Di layar terang, mesin bicara,
Wajah manusia tak lagi tampak.
Jari-jari mengetik tanpa suara,
Namun dunia runtuh perlahan, senyap.

Pekerjaan terbang, hilang tanpa jejak,
Otak manusia terperangkap bayang.
Di balik kode, tak ada cinta,
Hanya angka, tanpa harapan.

Kami bertanya pada kosongnya ruang,
Di mana langkah, di mana suara?
Teknologi yang kita ciptakan,
Kini merampas nyawa mimpi kita.

Namun dalam hening, tak ada jawaban,
Hanya deru mesin, dan ketakutan.

 

Ilustrasi Puisi Modern

Puisi "Ketakutan di Balik Sandi" menggambarkan kecemasan yang timbul akibat kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang mengancam eksistensi pekerjaan manusia. Melalui simbol-simbol seperti "layar terang," "mesin bicara," dan "kode," puisi ini mencerminkan dunia yang semakin dikuasai oleh mesin, di mana manusia mulai merasa terpinggirkan dan terancam. Ketakutan yang disuarakan dalam puisi ini adalah ketakutan yang tidak tampak secara langsung, namun tersembunyi dalam dampak nyata yang ditimbulkan oleh teknologi. Dalam heningnya, puisi ini mengajak pembaca merenung tentang masa depan yang semakin terhubung dengan dunia digital, di mana manusia harus menghadapi ancaman yang tak selalu tampak jelas. 

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.