Showing posts with label puisi lucu. Show all posts
Showing posts with label puisi lucu. Show all posts

Monday, October 14, 2024

Puisi: Simley Kelewat Ekspresif

Simley Kelewat Ekspresif

Simley tersenyum di layar kecil,
Mata bulat, mulut mungil, manisnya stabil.
Lalu datang Simley yang rada usil,
Ngirim wink ;) bikin semua kaget dan kikil.

Ada juga si XD yang ketawa terbahak,
Sampai emot lain bilang, "Bro, kamu berisik banget!"
Si :( datang, wajahnya muram sendu,
Padahal baru tadi dia join grup seru.

Di pojok ada si

dengan lidah menjulur,
Bikin suasana jadi makin akur.
Si ;) kirim pesan tanpa suara,
Bikin hati sedikit deg-degan nggak karuan juga.

Mereka rame di grup chatting tanpa batas,
Setiap emosi muncul tanpa batasan kelas.
Simley di dunia maya, ekspresi nan fana,
Lucu tapi bikin dunia jadi lebih warna.

 


Antara Jalan dan Pesanan

Antara Jalan dan Pesanan

Dipesan tadi es teh manis,
Yang datang malah sayur gadis,
Kurirnya bilang, "Maaf ya, Mas,
Jalan macet, aku jadi lemas."

"Nasi goreng, teh ayam bakar,
Kok malah bubur ayam sumbar?"
Di chat kurir, aku protes,
"Tunggu, Mas, nanti aku beres!"

Terus nunggu, perutku lapar,
Harapan es jeruk tinggal samar,
Tiba-tiba kurir bilang ceria,
"Pesananmu hilang di area dua!"

Aku cek GPS, kurir putar,
Lewati jalan, berliku putar,
Di chat dia bilang, "Sabar, Bro,
Tadi aku nyasar ke toko stro!"

Akhirnya datang, lega di hati,
Tapi sayang, es jeruk ku mati,
Pakai senyum, dia bilang lirih,
"Ini pasti ada konspirasi sih!"

Puisi: Aku dan Gelas Kopi yang Tidak Nyata

Aku dan Gelas Kopi yang Tidak Nyata

Di balik kacamata ajaibku,
Kota jadi arena penuh keliru,
Jalan raya lengang, eh, tapi tunggu,
Ada ubur-ubur melayang, kok aku bingung?

Gelas kopi di udara, menggoda diriku,
Tanganku terulur, tapi hampa yang kutuju,
Ternyata dunia maya, bukan nyata, aduhai,
Tertipu lagi, padahal tadi hampir kuyakini.

Lampu lalu lintas? Salah warna,
Biru kuning jingga, semua gembira,
Ku tersenyum sendiri, tak bisa mengelak,
Kacamata ini, sungguh bikin hidup terbalik.

Semua tampak nyata, tapi tak bisa ku sentuh,
Realita yang kabur, bagai angin di ufuk jauh,
Hidupku berubah jadi panggung komedi,
Saat dunia maya menari di depan mata ini.


Puisi: Sistem yang Katanya Pintar

Sistem yang Katanya Pintar

Di meja kantorku yang penuh kertas,
Datanglah dia, sistem serba jelas.
Katanya akan rapih, katanya akan mudah,
Segala data teratur, bebas dari lelah.

Layar berkedip, grafik terbang,
Angka-angka meluncur, semuanya hilang.
Pesanan masuk, stok berkurang,
Tapi kenapa malah tambah bimbang?

Mungkin tombol ini, atau kolom itu,
Laporan jadi, tapi kenapa selalu satu?
Sistem canggih, bikin janji tinggi,
Namun menggunakannya, aku jadi bingung sendiri.

Manajer tertawa, “Tenang, itu biasa,”
Katanya semua butuh waktu seirama.
Tapi sampai kapan kita berjuang,
Dalam layar penuh tanda tanya yang tak hilang?

Gudang terpantau, produk tercatat,
Namun entah kenapa, kerja jadi lambat.
Sistem ini memang pintar, katanya mahir,
Tapi kadang bikin hariku sedikit getir.



Makna Puisi:

Puisi ini menyampaikan pengalaman frustrasi yang dihadapi oleh para pekerja saat menggunakan sistem teknologi kompleks yang dijanjikan akan mempermudah pekerjaan mereka. Meskipun sistem tersebut dirancang untuk mengatur berbagai data dan operasi bisnis secara efisien, kenyataannya pengguna sering kali harus menghadapi kebingungan dan masalah teknis yang tidak terduga. Melalui pendekatan humor, puisi ini menunjukkan bahwa teknologi yang “pintar” tidak selalu memberikan pengalaman yang mudah, dan adaptasi dengan sistem tersebut bisa menjadi perjalanan yang menantang.

Puisi: Detektif Bit dan Byte

Detektif Bit dan Byte

Di dunia digital penuh misteri,
Ada pekerjaan lucu, si tukang teliti.
Bukan detektif jalan atau lacak sidik jari,
Tapi komputer forensik, si pemburu memori.

Laptop tergeletak, layar redup termenung,
Di dalamnya jejak-jejak file pun terhitung.
Di pojok sana, mouse berlari ketakutan,
Seakan menyembunyikan rahasia yang tak tertahankan.

"Mana filemu yang terhapus?" seru sang pakar,
Sambil memeriksa folder dengan gaya tegar.
Dokumen nakal, hilang tanpa jejak,
Tapi detektif tahu, data takkan lepas.

Hard disk menangis, RAM berteriak,
Sang pakar sibuk, tak kenal lelah.
CPU panas, browser pun pingsan,
Namun si detektif tetap bertahan.

"Aha! Ini dia jejak yang tertinggal!"
Virus tertawa, tapi tetap gagal.
Sang detektif tersenyum penuh semangat,
Satu lagi kasus digital terselesaikan hebat.

Puisi: Dunia TikTok

Dunia TikTok

Di TikTok kita nari tak kenal malu,
Lupa diri, wajah pun jadi lucu,
Tangan melambai, pinggang bergoyang,
Satu-dua swipe, semua ikut riang.

Challenge baru, tiap hari ada,
Bikin orang tua pun ikut gaya,
Lip sync lagu, ekspresi datar,
Siapa sangka, jadi viral sebentar?

Filter muka, bikin kocak parah,
Dari hidung lebar sampai telinga jengah,
Scroll terus, lupa makan malam,
Oh TikTok, engkau sihir yang dalam.

Ada yang joget, ada yang ngelawak,
Semua berlomba jadi yang paling beriak,
Di kolom komentar, tawa bersahutan,
TikTok, jejaring penuh warna dan godaan.


Puisi: Cuitan Sang Burung Biru

Cuitan Sang Burung Biru

Di dunia maya, burung biru berdering,
Setiap cuitan bagai gemerincing koin king,
Orang-orang datang dan pergi,
Dengan opini yang tak pernah sepi.

Ada yang berdebat soal kopi,
Lalu tiba-tiba bahas teori konspirasi,
Emoji tertawa, marah, dan bingung,
Berterbangan seperti kupu-kupu kumbang.

Ada yang retweet, ada yang like,
Viral dalam hitungan detik,
Cuitan receh jadi trending,
Siapa sangka bisa jadi penting?

Politik, olahraga, hingga drama seleb,
Semua campur jadi kolase yang lebat,
Netizen pun jadi sastrawan dadakan,
Di kolom komentar mereka berpantun ria.

Tapi hati-hati, jangan terlalu serius,
Di Twitter, lelucon bisa jadi virus,
Hanya satu cuitan salah kata,
Langsung trending, terblokir, jadi cerita!

Dunia Twitter penuh warna-warni,
Setiap timeline adalah panggung seni,
Sekali cuit, semua bisa terbelit,
Selamat datang di negeri cuitan yang penuh kicau unik!



Makna Puisi:

Puisi ini menggambarkan Twitter sebagai platform media sosial yang dinamis dan penuh keanekaragaman. Setiap pengguna memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat, berinteraksi dengan pengguna lain, dan bahkan berpartisipasi dalam tren global. Meski banyak hal receh atau lucu yang menjadi viral, ada juga sisi serius dari platform ini, di mana cuitan bisa berdampak besar. Namun, pada akhirnya, puisi ini mengingatkan bahwa yang dilansir di Twitter  tidak selalu harus diambil terlalu serius, melainkan dapat dipandang juga sebagai tempat hiburan dan humor.

Monday, October 7, 2024

Puisi: Cacing di Layarku

Cacing di Layarku

Di tengah malam yang tenang, layar berbinar,
Masuklah si worm, tak diundang hadir.
Dia tak mengetuk, langsung saja menyebar,
Menyelundup lewat email, lincahnya luar biasa pintar.

"Saya cuma lewat," katanya malu-malu,
Membawa salinannya, seperti teman yang baru.
Klik satu folder, eh jadi berlipat ganda,
"Santai, cuma numpang... tak bikin sengsara!"

Namun harddisk mulai terasa berat,
"Hei, ini pesta atau ada serangan kilat?"
Sistem mendadak lamban, layar beku di sudut,
Sang worm tertawa kecil, "Ah, cuma sedikit input."

Tapi saat fajar mulai menyapa,
Worm tertidur, di pojokan data.
Dengan senyum jahil, ia berbisik lembut,
"Tenang saja, besok aku main lagi, seru banget!"

Ilustrasi Puisi

 

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.