Showing posts with label buku puisi feri sulianta. Show all posts
Showing posts with label buku puisi feri sulianta. Show all posts

Monday, October 14, 2024

Puisi: Simley Kelewat Ekspresif

Simley Kelewat Ekspresif

Simley tersenyum di layar kecil,
Mata bulat, mulut mungil, manisnya stabil.
Lalu datang Simley yang rada usil,
Ngirim wink ;) bikin semua kaget dan kikil.

Ada juga si XD yang ketawa terbahak,
Sampai emot lain bilang, "Bro, kamu berisik banget!"
Si :( datang, wajahnya muram sendu,
Padahal baru tadi dia join grup seru.

Di pojok ada si

dengan lidah menjulur,
Bikin suasana jadi makin akur.
Si ;) kirim pesan tanpa suara,
Bikin hati sedikit deg-degan nggak karuan juga.

Mereka rame di grup chatting tanpa batas,
Setiap emosi muncul tanpa batasan kelas.
Simley di dunia maya, ekspresi nan fana,
Lucu tapi bikin dunia jadi lebih warna.

 


Terbang, Bukan Tawon

Terbang, Bukan Tawon

Ada suara dengung di langit biru,
Melintasi awan, terbang tinggi penuh laku.
Tak punya sayap, tapi melayang indah,
Lewat jendela kamar, melewati genting rumah.

Kucingku heran, kepala miring mengintip,
Ada benda kecil melaju, bikin dia terpikir.
Bukan elang, bukan layangan di udara,
Ini makhluk terbang yang aneh tapi nyata.

Di taman sebelah, tetangga berbisik,
“Jangan-jangan itu pesawat plastik?”
Melaju pelan, kemudian cepat,
Berlari ke arah antena dengan nekat.

Aku tertawa sambil pegang alat,
Sembunyi di balik pagar, tetap semangat.
Tak perlu teriak, cukup satu tombol,
Benda itu naik, melesat tanpa kontrol.

Terbang lagi hari ini, besok lebih piawai,
Semoga kali ini tak menabrak tiang sampai rusak parah,
Benda kecil di langit, terus menari,
Menjelajahi dunia tanpa henti-henti.


Puisi: Sistem yang Katanya Pintar

Sistem yang Katanya Pintar

Di meja kantorku yang penuh kertas,
Datanglah dia, sistem serba jelas.
Katanya akan rapih, katanya akan mudah,
Segala data teratur, bebas dari lelah.

Layar berkedip, grafik terbang,
Angka-angka meluncur, semuanya hilang.
Pesanan masuk, stok berkurang,
Tapi kenapa malah tambah bimbang?

Mungkin tombol ini, atau kolom itu,
Laporan jadi, tapi kenapa selalu satu?
Sistem canggih, bikin janji tinggi,
Namun menggunakannya, aku jadi bingung sendiri.

Manajer tertawa, “Tenang, itu biasa,”
Katanya semua butuh waktu seirama.
Tapi sampai kapan kita berjuang,
Dalam layar penuh tanda tanya yang tak hilang?

Gudang terpantau, produk tercatat,
Namun entah kenapa, kerja jadi lambat.
Sistem ini memang pintar, katanya mahir,
Tapi kadang bikin hariku sedikit getir.



Makna Puisi:

Puisi ini menyampaikan pengalaman frustrasi yang dihadapi oleh para pekerja saat menggunakan sistem teknologi kompleks yang dijanjikan akan mempermudah pekerjaan mereka. Meskipun sistem tersebut dirancang untuk mengatur berbagai data dan operasi bisnis secara efisien, kenyataannya pengguna sering kali harus menghadapi kebingungan dan masalah teknis yang tidak terduga. Melalui pendekatan humor, puisi ini menunjukkan bahwa teknologi yang “pintar” tidak selalu memberikan pengalaman yang mudah, dan adaptasi dengan sistem tersebut bisa menjadi perjalanan yang menantang.

Puisi: Detektif Bit dan Byte

Detektif Bit dan Byte

Di dunia digital penuh misteri,
Ada pekerjaan lucu, si tukang teliti.
Bukan detektif jalan atau lacak sidik jari,
Tapi komputer forensik, si pemburu memori.

Laptop tergeletak, layar redup termenung,
Di dalamnya jejak-jejak file pun terhitung.
Di pojok sana, mouse berlari ketakutan,
Seakan menyembunyikan rahasia yang tak tertahankan.

"Mana filemu yang terhapus?" seru sang pakar,
Sambil memeriksa folder dengan gaya tegar.
Dokumen nakal, hilang tanpa jejak,
Tapi detektif tahu, data takkan lepas.

Hard disk menangis, RAM berteriak,
Sang pakar sibuk, tak kenal lelah.
CPU panas, browser pun pingsan,
Namun si detektif tetap bertahan.

"Aha! Ini dia jejak yang tertinggal!"
Virus tertawa, tapi tetap gagal.
Sang detektif tersenyum penuh semangat,
Satu lagi kasus digital terselesaikan hebat.

Puisi: Dunia TikTok

Dunia TikTok

Di TikTok kita nari tak kenal malu,
Lupa diri, wajah pun jadi lucu,
Tangan melambai, pinggang bergoyang,
Satu-dua swipe, semua ikut riang.

Challenge baru, tiap hari ada,
Bikin orang tua pun ikut gaya,
Lip sync lagu, ekspresi datar,
Siapa sangka, jadi viral sebentar?

Filter muka, bikin kocak parah,
Dari hidung lebar sampai telinga jengah,
Scroll terus, lupa makan malam,
Oh TikTok, engkau sihir yang dalam.

Ada yang joget, ada yang ngelawak,
Semua berlomba jadi yang paling beriak,
Di kolom komentar, tawa bersahutan,
TikTok, jejaring penuh warna dan godaan.


Sunday, October 13, 2024

Puisi: Hidup di Balik Lensa

Hidup di Balik Lensa

Oh Youtuber, pemburu subscriber setia,
Pagi buta hingga malam larut tak lelah berkreasi ria.
Di depan kamera bergaya penuh daya,
Demi like, view, dan komentar pujian membara.

Dari prank lucu sampai tutorial gagal,
Semua direkam, dipoles hingga viral.
Edit video sampai mata merah,
Tak peduli, asal thumbnailnya cetar membelah!

Tagline catchy, "Jangan lupa like dan subscribe, ya!",
Semangat juang demi algoritma tak pernah padam membara.
"Klik lonceng biar nggak ketinggalan,
Update terbaru, siapa tahu bermanfaat buat yang kesepian."

Kadang komennya pedas, bikin sakit kepala,
Tapi demi adsense, harus tetap ceria.
Drama, tantangan, konten luar biasa,
Youtuber tetap jaya, walau kadang ya cuma gaya.


 

Puisi: Bluetooth yang Lupa Jalan Pulang

Bluetooth yang Lupa Jalan Pulang

Bluetooth, kau sungguh misterius,
Kadang cepat, kadang serius.
Di tengah riuh sinyal membentang,
Kau sering lupa jalan pulang.

Handphoneku memanggilmu,
Namun kau sibuk mencari sinyal biru.
Di telinga, musikku tertunda,
Karena kau masih berkelana.

Speaker di sudut sana,
Menunggu penuh harap dan tanya.
"Dimana dia, Bluetoothku?"
Ia bergumam, sambil menatap kelu.

Oh Bluetooth, koneksimu ajaib,
Membuat hariku penuh canda dan takdir.
Ketika akhirnya kau menyambung,
Rasanya seperti memenangkan undian agung.

Tapi kadang, aku pun lelah,
Mencari sinyalmu yang selalu berubah.
Mungkin esok, aku pakai kabel saja,
Lebih pasti dan tak ada drama.


 

Puisi: Ode untuk Excel, Sang Penyelamat Layar

 Ode untuk Excel, Sang Penyelamat Layar

Di pagi buta ku buka lembaran Excel,
Sel-sel berbaris rapi, siaga berkelana,
Rumah angka, simbol, dan rumus tak kenal henti,
Oh, petualangan data yang penuh teka-teki!

Angka-angka meloncat, jadi grafik tiba-tiba,
Seakan-akan punya nyawa sendiri di layar kaca,
CTRL + C, CTRL + V, kuandalkan sepenuh hati,
Namun, kolom dan baris kadang bikin puyeng lagi.

Pivot table, oh dewa misteri tak tertandingi,
Sekali salah klik, semua data langsung berlari,
Dan formula IF, kapan jadi temanku?
Tak usah khawatir, semua akan selesai dalam satu... atau dua hari.

Baris hilang, rumus menghilang tak pamit,
Ku hitung ulang, eh, ternyata angka salah diketik!
Tapi tenang, kuselamatkan dengan undo,
Karena hidup di Excel, segalanya penuh liku.

Jadi, marilah bersama rayakan kawan lama,
Spreadsheet tercinta yang penuh drama.
Walau kadang bikin frustasi tak terhingga,
Tetap dia penolong saat data bertebaran di udara!


 

Puisi: SEO Si Penakluk Mesin Pencari

SEO Si Penakluk Mesin Pencari

Di dunia maya yang penuh misteri,
Ada satu kunci, tak kasat mata, tapi pasti.
Namanya SEO, si raja kata,
Mengatur lalu lintas, tak ada lelahnya.

"Keyword di mana? Letakkanlah tepat!"
Seru sang algoritma yang tak pernah penat.
Meta deskripsi, judul pun dipoles rapi,
Agar naik ke puncak, tak tertandingi.

Link internal, backlink kuat,
Menjalin jejaring, SEO memang hebat.
Tapi jangan lupa, konten harus cerdas,
Karena pembaca tak ingin tertipu bulat.

Namun, oh SEO, tak selalu adil,
Kadang trik lama pun bisa memikat alih.
Setiap update algoritma, hati jadi gelisah,
Menebak langkah Google, selalu berusaha.

Jadi kawan, belajarlah trik si SEO ini,
Agar websitemu berjaya, tampil gemilang di lini.
Tapi hati-hati, jangan serakah,
Karena penalti Google bisa menampar dadamu lemah.

 


Saturday, October 12, 2024

Puisi: Data Warehouse Gagal Rapi

Data Warehouse Gagal Rapi

Di pojok sunyi si gudang data,
Berderet-deret file bagai sarjana.
Para analis sibuk berceloteh,
"Mau query apa, nih? Jangan salah pilih!"

Ada yang jatuh, ada yang hilang,
Data berhamburan, terbang melayang.
"Kemana perginya record kemarin?
Ah, lupa di-index, jadi lenyap tak terpilih."

Si data warehouse makin penuh,
Kompleksitasnya bikin jantung mengeluh.
Paket data tak rapi, asal-asalan,
"Bentar-bentar! Ambil dulu kalkulasi hitungan!"

Engineer teriak, "Cluster overload!"
Manajer kebingungan, "Ini kenapa, bos?"
"Data mart bocor, report kacau,"
SQL pun nyangkut, ya Tuhan, kasihanlah!

Tapi di balik semua tawa,
Si gudang ini, walau penuh cela,
Adalah pondasi sihiran data,
Tempat segala solusi bisa disimpan—dengan canda!


 


Makna Puisi:

Puisi ini menggambarkan kompleksitas sekaligus kekonyolan dalam pengelolaan data warehouse di bidang informatika. Meskipun data warehouse adalah pusat penyimpanan data penting yang mendukung banyak keputusan bisnis, dalam praktiknya sering terjadi masalah seperti data yang tidak terorganisir dengan baik, overload server, dan kekacauan lain yang dapat mengundang tawa. Lewat nada humor, puisi ini menyiratkan pentingnya menjaga keteraturan dan pengelolaan yang baik, sambil tetap menyadari bahwa kesalahan dan masalah adalah bagian tak terpisahkan dari dunia teknologi.

Thursday, October 10, 2024

Puisi: Si Jari Belanja, Dompet Terancam

Si Jari Belanja, Dompet Terancam

Mulai pagi buka mata, sambil ngulet malas-malasan,
Lihat handphone tergeletak, ada notifikasi menggoda,
"Flash sale segera dimulai, diskon besar tak terduga!"
Akhirnya klik tanpa sadar, walau dompet mulai gundah.

Sepatu, baju, alat dapur, semua klik dalam sekejap,
Tiap malam kiriman datang, rumah pun mulai sesak,
Kotak kardus berjejer rapi, seperti menara tertinggi,
Padahal yang beli cuma sandal, eh yang datang kulkas mini!

"Free ongkir? Wah, rugi kalau dilewatkan!"
Tak terasa tambah lagi, barang-barang tak karuan,
Tetangga tanya heran, "Buka toko atau pindahan?"
Tersenyum malu, jawab pelan, "Ah, cuma promoan."

Akhir bulan datang menanti, tagihan bagaikan tsunami,
Dompet menangis, saldo lenyap, aduh, gimana nih nanti?
Tapi hati tetap senang, “Tenang aja, bulan depan ada promo lagi!”
Begitulah kisah belanja online, senang-senang, tapi dompet menjerit sepi.



Makna Puisi:

Puisi ini mengangkat fenomena kebiasaan belanja online yang semakin marak dengan hadirnya promo dan diskon yang menggoda. Ada nuansa humor yang menggambarkan bagaimana seseorang dengan mudah terpengaruh untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya karena promo yang tampak menarik. Puisi ini menyindir kebiasaan impulsif dalam belanja online yang sering berujung pada penyesalan ketika melihat tagihan di akhir bulan, meski tetap ada rasa puas dari pengalaman berbelanja.

Tuesday, October 8, 2024

Puisi: Startup Naik Daun

Startup Naik Daun

Di dunia startup yang selalu riuh,
Semua ide bermekaran, tumbuh,
Dibantu IT, cloud pun berdesis,
Menyulap yang kecil jadi raksasa bisnis.

Dulu mimpi jadi pengusaha, terasa sulit,
Sekarang cloud bikin itu jadi lebih legit,
Server di mana-mana, tanpa henti,
Anggaran kecil, tapi skalanya seluas bumi!

Dari garasi muncul inovasi,
Menyusul kopi, otak berseri-seri,
Modal seadanya, semangat tak pernah basi,
Bersama investor yang kadang datang lalu pergi.

Pivot sana-sini, sampai kepala mumet,
Tapi namanya juga startup, jangan cepat sebalet,
Inovasi model bisnis terus bergulir,
Kalau gagal, ya tinggal putar kemudi sambil meminggir.

Jadi mari kita rayakan, jangan resah,
Ekosistem startup, yang kadang lucu, kadang parah,
Berkat cloud dan IT, akses terbuka lebar,
Mimpi jadi unicorn? Ya, tinggal belajar bersabar!


Thursday, September 26, 2024

Puisi Lima Babak: Jejak Elektron - Epik Evolusi Mesin Berpikir

I. "Tabung Cahaya di Waktu Senja"

Di masa lalu, kala malam melambat,
Tabung-tabung kaca berdiri angkuh,
Menghembuskan nafas listrik dalam gelap,
Cahaya redup menari di antara sirkuit,
Menciptakan bahasa baru dari logika,
Terkurung dalam tubuh besi yang kaku.

Di ruang berdebu, mereka bekerja,
Menyusun angka dalam deret yang tak pernah usai,
Di dalamnya, sebuah dunia terbangun,
Menggapai impian manusia,
Yang tertulis dalam kode-kode misterius,
Di lembaran kertas yang tersembunyi.

Namun waktu bergerak,
Dan cahaya itu mulai meredup,
Tabung-tabung itu pudar dalam sejarah,
Tapi jejak mereka masih ada,
Di setiap bit dan byte yang kita lihat,
Dalam semangat yang tak pernah mati.

II. "Sebuah Langkah Transistor"

Saat tabung kaca perlahan memudar,
Datanglah era baru yang lebih tenang,
Transistor kecil, tak kasat mata,
Menyusup ke dalam jantung mesin-mesin logika,
Menggantikan yang dulu, besar dan berat,
Dengan sesuatu yang lebih cepat, lebih efisien.

Di dunia yang semakin canggih,
Transistor mulai berbicara,
Dalam bahasa yang lebih halus,
Mereka berbisik di antara arus listrik,
Menghidupkan layar-layar kecil,
Yang berkedip dalam ritme tak pernah usai.

Dengan mereka, dunia berubah,
Komputer bukan lagi raksasa,
Melainkan teman yang bisa dipegang,
Di meja, di sudut kamar,
Di sinilah awal mula,
Ketika yang kecil mengambil alih.

III. "Jejak Kecil di Cakrawala"

Lalu datanglah era ketika segalanya mengecil,
Bukan hanya transistor, tapi seluruh dunia,
Tersembunyi di dalam kepingan kecil,
Yang dikenal sebagai sirkuit terpadu,
Di sinilah keajaiban terukir,
Dalam jalur-jalur yang lebih halus dari rambut.

Mereka menenun cerita-cerita baru,
Dalam bahasa yang lebih padat,
Di dalamnya, ribuan transistor berdampingan,
Menyusun dunia digital yang kompleks,
Dalam ruang yang bisa kita genggam,
Di mana keajaiban tak lagi terukur.

Di balik kotak kecil itu,
Ada dunia yang tak terlihat,
Tempat angka-angka berlari,
Dan pikiran manusia menjadi satu,
Di sinilah masa depan dimulai,
Dalam jejak kecil yang mengubah segalanya.

IV. "Pikiran di Ujung Jari"

Kini dunia ada di ujung jari,
Dalam layar yang tipis namun penuh makna,
Di sinilah kita berkomunikasi,
Dengan mesin yang berpikir lebih cepat dari kita,
Di dalamnya, ada mikroprosesor,
Yang memegang kendali atas segalanya.

Dengan satu sentuhan, kita bisa terhubung,
Ke dunia yang tak terbatas,
Setiap jari yang menekan,
Membangkitkan pikiran,
Menyulap ide menjadi nyata,
Dalam dunia digital yang tak pernah tidur.

Di sinilah kita berada,
Dalam era yang semakin cepat,
Di mana setiap detik adalah cerita,
Setiap layar adalah cermin,
Yang memantulkan impian manusia,
Dalam bentuk yang tak pernah kita bayangkan.

V. "Pencarian di Batas Cahaya"

Di batas cakrawala yang tak terlihat,
Di sanalah kita mencari,
Bukan hanya angka atau logika,
Tapi sesuatu yang lebih,
Kecerdasan yang bisa memahami,
Dalam bahasa yang belum kita kenal.

Di dalam atom yang terpecah,
Kita menemukan dunia baru,
Di mana komputasi bukan lagi hitungan,
Tapi cahaya yang bergerak lebih cepat dari pikiran,
Di sinilah kita berbicara dengan masa depan,
Dalam bahasa kuantum yang penuh misteri.

Dengan algoritma yang semakin cerdas,
Kita menjelajahi dunia tak terlihat,
Mencari jawaban di antara bintang,
Di mana realitas dan impian bersatu,
Di sinilah masa depan lahir,
Dalam pencarian yang tak pernah berakhir.

 

Tuesday, September 24, 2024

Sinopsis Kumpulan Puisi "Di Antara Bit dan Rima - Puisi dalam Lanskap Digital"

Sinopsis Kumpulan Puisi "Di Antara Bit dan Rima Bit dan Rima - Puisi dalam Lanskap Digital"

 

 

"Di Antara Bit dan Rima - Puisi dalam Lanskap Digital" adalah kumpulan puisi yang menyajikan eksplorasi mendalam tentang hubungan manusia dengan teknologi. Ditulis oleh Feri Sulianta, seorang penulis dan dosen yang memiliki kecintaan pada sastra serta pemahaman mendalam tentang perkembangan teknologi, kumpulan ini menggugah pembaca untuk merenungkan interaksi yang semakin erat antara teknologi dan kehidupan sehari-hari.

Melalui penggunaan simbolisme dan metafora yang unik, Feri mengajak pembaca untuk menyelami berbagai aspek teknologi, mulai dari kemajuan yang membawa manfaat hingga dampak negatif yang tak terhindarkan. Puisi-puisi dalam kumpulan ini menggambarkan bagaimana teknologi membentuk, mengubah, dan terkadang merenggut makna dari kehidupan manusia.

Dengan gaya penulisan yang inovatif, Feri menciptakan puisi yang tidak hanya estetis, tetapi juga penuh dengan pesan reflektif. Ia berhasil menghubungkan dunia digital dengan emosi manusia, menggabungkan kecanggihan teknologi dengan keindahan sastra. Setiap bait dalam kumpulan ini seolah memetakan perjalanan manusia dalam lanskap digital yang tanpa batas dan penuh teka-teki.

Melalui "Di Antara Bit dan Rima," Feri Sulianta mengajak kita untuk merenungkan: Apakah kita yang menguasai teknologi, atau justru teknologi yang mengendalikan kita?

 

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.