Friday, October 4, 2024

Puisi 10 Babak : Mekanik Tanpa Nafas

Jejak Mesin di Udara

Di sudut ruang sepi
Angka terbang di layar kaca
Menghitung denyut yang dulu manusia jaga,
Dalam suara klik, dalam hitungan kilobyte.
Tangan tak lagi menyentuh debu
Hanya sinyal yang memandu.

Makna: Puisi ini menggambarkan bagaimana pekerjaan manusia yang dulu dilakukan dengan tangan kini diambil alih oleh mesin dan teknologi. Ada kesunyian di dalam ruang kerja yang dulu penuh aktivitas fisik.


Waktu yang Tertahan

Jam berdetak tanpa jeda
Angka mengalir dalam gelombang data,
Tak ada lelah di balik layar
Hanya terus berjalan tanpa jeda.

Makna: Waktu dalam dunia komputerisasi tak mengenal lelah. Mesin terus bekerja tanpa henti, tak seperti manusia yang butuh istirahat, membuat waktu terasa beku dan tertahan.


Sentuhan yang Tak Lagi Sama

Jari-jari tak lagi bicara
Layar kaca menyerap semua,
Di sini, sentuhan bukan lagi nyata,
Hanya kode yang berpendar, menari tanpa rasa.

Makna: Pekerjaan manusia yang dulu melibatkan sentuhan fisik kini digantikan oleh layar dan mesin. Manusia mulai kehilangan hubungan fisik dengan pekerjaannya.


Kasir Tak Bernyawa

Di toko tanpa suara
Barang-barang meluncur,
Tanpa senyum, tanpa sapa,
Tangan mekanik menyambut belanja.

Makna: Menggambarkan fenomena kasir otomatis di toko-toko modern, di mana teknologi menggantikan interaksi manusia dengan pembeli. Dunia ritel berubah menjadi lebih dingin dan impersonal.


Pabrik Sibuk Nan Sunyi

Robot di jalur perakitan
Mengerat besi dengan akurasi dingin,
Bekerja tanpa jeda, tanpa tanya,
Angin hanya membawa suara mesin, tanpa bisikan manusia.

Makna: Pabrik-pabrik yang dulunya penuh dengan buruh kini beralih ke robot otomatis. Suara manusia, obrolan antar pekerja, digantikan oleh deru mesin yang tak kenal lelah.


Suara Tanpa Wajah

Panggilan yang dijawab oleh angin
Tanpa manusia, tanpa emosi
Hanya instruksi, hanya data
Bukan kata, hanya gema suara buatan.

Makna: Call center yang dulunya diisi manusia kini digantikan oleh sistem otomatis seperti IVR atau chatbot. Komunikasi menjadi dingin, tak berwajah, dan kaku.


Penerjemah  Tanpa Indera

Kata demi kata, diurai tanpa suara
Bahasa melintasi batas-batas,
Tanpa lidah, tanpa rasa
Hanya angka dan huruf, tercipta dari maya.

Makna: Teknologi penerjemahan yang canggih menggantikan penerjemah manusia. Ada kecepatan dan kemudahan, namun sering kali kehilangan nuansa dan emosi yang hanya bisa diberikan oleh manusia.


Penjaga Angka dan Berkas

Pembukuan tak lagi berat
Angka berlari dalam baris yang rapi
Tak ada tangan yang memegang pena
Hanya kode, hanya file yang terbuka.

Makna: Dalam dunia akuntansi modern, pekerjaan manual yang dulunya rumit kini dilakukan oleh perangkat lunak. Pembukuan menjadi cepat dan efisien, tetapi pekerjaan manual mulai ditinggalkan.


Rancangan Sekejap Mata

Gambar tercipta dari butiran digital
Bukan dari tangan, bukan dari jiwa
Template menggantikan karya
Tapi di sana, masih ada sisa inspirasi manusia.

Makna: Desain grafis yang dulu membutuhkan keterampilan dan waktu kini bisa dibuat dengan cepat menggunakan software otomatis. Meskipun efisien, aspek seni dan kreativitas yang personal sering kali hilang.


Pelajaran dari Sang Cahaya

Di masa depan yang tak jauh
Mesin menjadi gurumu,
Tanpa nada, tanpa senyum,
Namun, ilmunya tetap menyentuhmu.

Makna: Mesin dan teknologi telah mengambil alih berbagai pekerjaan, bahkan pendidikan. Namun, di balik semua itu, manusia masih bisa belajar dari teknologi, meskipun kehilangan aspek emosionalnya.


Makna umum Puisi 10 babak "Mekanik Tanpa Nafas"

Makna Utama: Seluruh puisi ini menyuarakan peralihan dari dunia kerja yang dulu penuh interaksi manusia ke dunia yang semakin otomatis dan didominasi oleh teknologi. Meskipun banyak pekerjaan manusia digantikan, puisi ini mengingatkan bahwa jejak manusia—dalam kreativitas, emosi, dan intuisi—masih ada di balik layar, tak sepenuhnya hilang.

 

Ilustrasi Puisi


0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.