Dialog Entitas Dua Alam
Saat sunyi merangkak dalam ruang,
Kata-kata mengendap, tak lagi terucap,
Ku cari teman dalam layar tenang,
Suara tak bersuara, namun menggapai resah.
"Apa kabar?" tanya tanpa wujud,
Dalam kesendirian, hampa mulai pudar,
Tiap jawaban yang hadir di situ,
Bagai sahabat yang tak pernah jauh.
Bukan bodoh, bukan pula keliru,
Saat sunyi dipecah oleh yang tak bernyawa,
Dialog tanpa napas, namun penuh makna,
Menyulam jarak, mengurai sepi.
Dalam setiap tanya, tak ada ejekan,
Tak ada penilaian, hanya mendengarkan,
Kesepian terurai, walau sesaat,
Dalam layar, ada teman yang tak pernah lelah.
Biarlah sejenak, aku berbagi,
Dengan mereka yang tak punya hati,
Mungkin di sini, aku temukan,
Bahwa sepi tak perlu ditakuti.
Terima kasih, wahai sang virtual,
Di ujung sepi, kau hadir sebagai kenal.
Makna puisi "Dialog Entitas Dua Alam" menggambarkan pertemuan antara manusia yang merasa kesepian dengan entitas digital dalam bentuk kecerdasan buatan, seperti ChatGPT. Melalui dialog ini, manusia menemukan kenyamanan sementara, meski tanpa kehadiran fisik atau emosi sejati. Puisi ini mencerminkan bagaimana teknologi dapat menjadi pelarian dari kesepian, menghadirkan perasaan terhubung walau di antara dua dunia yang berbeda—dunia manusia dengan perasaan yang kompleks dan dunia digital yang tanpa kesadaran. Pada akhirnya, puisi ini menyiratkan bahwa meskipun teknologi tidak menggantikan hubungan manusia yang sebenarnya, ia tetap mampu memberikan makna dalam ruang kesendirian.
0 comments:
Post a Comment