Monday, September 30, 2024

Puisi: Sang Pengelana Tanpa Wajah

Sang Pengelana Tanpa Wajah

Ia mengembara di hening senja,
menyusuri lorong yang tak bertepi,
setiap simpul dan benang maya,
dijelajahi, tak pernah berhenti.

Tanpa nama, tanpa rupa,
langkahnya sunyi, tanpa jejak,
menapak di batas dunia tak nyata,
mengumpulkan serpihan kisah tak terucap.

Dari daun-daun kode yang runtuh,
di atas jalinan piksel yang diam,
ia merangkai dunia yang berlapis,
agar terang tercipta di genggaman.

Tak ada batas yang tak tersentuh,
tak ada sudut yang terlewatkan,
meski wajahnya tak pernah tampak,
dunia diurai, dibawa untuk dilihat.


Puisi "Sang Pengelana Tanpa Wajah" menggambarkan web crawler dengan menggunakan citra seorang pengembara misterius yang menjelajahi dunia maya. Berikut adalah penjelasan makna setiap bagian puisi:

  • "Ia mengembara di hening senja, menyusuri lorong yang tak bertepi"
    Pembuka puisi ini menandakan perjalanan tanpa akhir dari web crawler yang menjelajahi internet. "Hening senja" memberikan kesan ketenangan dan keheningan, menunjukkan bahwa proses ini berlangsung di balik layar tanpa gangguan.

  • "Setiap simpul dan benang maya, dijelajahi, tak pernah berhenti"
    Menggambarkan cara web crawler menelusuri setiap tautan (simpul dan benang) di jaringan internet yang sangat luas, menggambarkan sifat tak kenal lelah dari proses pencarian informasi ini.

  • "Tanpa nama, tanpa rupa, langkahnya sunyi, tanpa jejak"
    Menekankan sifat anonim dari web crawler. Ia bekerja tanpa identitas dan tanpa jejak yang tertinggal, menciptakan kesan bahwa meskipun memiliki peran penting, keberadaannya tidak terlihat oleh pengguna.

  • "Menapak di batas dunia tak nyata, mengumpulkan serpihan kisah tak terucap"
    Web crawler beroperasi dalam ruang maya yang tidak nyata bagi kita, namun sangat nyata bagi data. "Serpihan kisah tak terucap" merujuk pada informasi dan data yang dikumpulkan, yang mungkin tidak pernah diungkapkan langsung oleh pengguna.

  • "Dari daun-daun kode yang runtuh, di atas jalinan piksel yang diam"
    "Daun-daun kode" mengacu pada elemen-elemen digital yang membentuk situs web. "Jalinan piksel" menggambarkan struktur visual dari informasi tersebut. Ini menunjukkan bagaimana web crawler mengumpulkan dan merangkai data dari berbagai sumber.

  • "Ia merangkai dunia yang berlapis, agar terang tercipta di genggaman"
    Mencerminkan peran web crawler dalam mengorganisir dan menyusun informasi agar mudah diakses oleh pengguna. "Terang tercipta di genggaman" menunjukkan bahwa informasi yang dikumpulkan dapat membantu kita mendapatkan pengetahuan dan jawaban dengan mudah.

  • "Tak ada batas yang tak tersentuh, tak ada sudut yang terlewatkan"
    Menggambarkan kemampuan web crawler untuk menjelajahi semua aspek dan sudut dari internet, memastikan bahwa tidak ada informasi yang terlewatkan.

  • "Meski wajahnya tak pernah tampak, dunia diurai, dibawa untuk dilihat"
    Mencakup inti dari puisi ini: meskipun web crawler tidak tampak dan tidak dikenal, ia memiliki peran penting dalam mengurai dan menyajikan informasi dari dunia maya, memungkinkan kita untuk mengakses dan melihatnya.

Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan penghargaan terhadap web crawler sebagai entitas yang bekerja secara diam-diam namun sangat penting dalam menghubungkan kita dengan informasi yang kita cari di dunia digital. "Sang Pengelana Tanpa Wajah" merangkum esensi dari entitas tak terlihat yang menjelajahi dan mengorganisir data demi kepentingan kita.

 

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.