Di balik senyum yang samar tersirat,
Ada luka-luka yang tumbuh diam-diam,
Mengisi ruang hati tanpa jeda,
Menjadi bayang-bayang yang tak pernah pergi.
Mereka, yang ditempa oleh derita,
Berjalan di lorong-lorong sepi,
Menanggung beban, yang kian hari kian berat,
Hingga terlupa, luka itu pun menjelma.
Ada yang hidup dalam cahaya,
Dipeluk hangat bahagia,
Langkahnya ringan, ucapannya bijak,
Namun, tak semua diberi nasib seindah itu.
Di sudut lain, mereka yang tersudut,
Dihimpit realitas pahit,
Luka itu tak hanya terasa,
Tapi mewujud, menjadi sosok yang mereka tak kenal.
Monster, yang lahir dari pedih jiwa,
Menghancurkan, tak hanya dunia di luar,
Tapi juga tuannya,
Hingga tersisa puing-puing mimpi yang lenyap.
Luka itu tak tampak di mata,
Namun berdiam di jiwa,
Mengubah sosok lembut menjadi keras,
Sampai akhirnya, tak lagi kenali dirinya.
"Bayang Luka di Cermin",
Di sanalah monster itu tinggal,
Menunggu saatnya muncul,
Menjadi bayang yang tak lagi bisa disangkal.
©Feri Sulianta - Karya ini dilansir pula ke publik di situs puisi ini
0 comments:
Post a Comment