Duel Abadi: Linux vs Windows
Dulu, aku pasang Windows,
Semua tampak indah, tak bikin cemas,
Tapi setiap update, aku tertegun,
"Restart now or remind me in 5 minutes?" - duh, bingung.
Tiba-tiba muncul si Linux yang gratis,
Katanya ringan, stabil, tanpa kompromis,
Tapi, oh, pas install,
"Masukkan command!" -- Aduh, aku terjebak di terminal.
Windows bilang, "Hey, aku kompatibel,
Game, Office, semua stabil,
Cukup klik sana sini, beres urusan,
Tak perlu belajar bahasa alien, bukan?"
Tapi Linux tak mau kalah,
"Di sini, kau punya kontrol penuh tanpa salah,
Sistemmu aman, tak ada virus menggila,
Dan update? Selesaikan di waktu senggang saja."
Namun di malam yang sunyi,
Windows crash, biru, dan mimpi ngeri,
Sementara Linux, meski hebat dan tegar,
Kadang bikin user newbie jadi ciut nyali, tak sabar.
Mereka bertarung, si pahlawan tertutup,
Satunya bergaya, satunya tanpa seruput,
Di dunia ini, tak ada yang sempurna,
Jadi ku pakai dua-duanya, biar adil sentosa!
Di bawah bintang teknologi yang bersinar,
Aku tertawa, tak perlu lagi gusar,
Linux atau Windows, itu selera,
Yang penting, tak perlu drama selamanya!
Puisi "Duel Abadi: Linux vs Windows" menggambarkan persaingan lucu antara dua sistem operasi, Windows dan Linux, dengan nuansa humor. Windows digambarkan sebagai sistem yang mudah digunakan tapi sering bermasalah dengan pembaruan dan crash, sementara Linux menawarkan stabilitas dan kebebasan, namun kadang membingungkan bagi pengguna awam dengan perintah terminalnya. Dalam kesimpulannya, pengguna merasa tidak ada sistem yang sempurna, sehingga memilih untuk menggunakan keduanya sebagai solusi yang adil. Puisi ini menekankan pentingnya menyesuaikan pilihan teknologi dengan kebutuhan individu tanpa perlu fanatisme terhadap satu platform.
0 comments:
Post a Comment