Di Antara Gelombang
Di antara gelombang suara yang bergetar,
Telepon genggam, jendela dunia,
Dari tangan ke tangan, pesan meluncur,
Menyambung jiwa yang jauh, merajut rasa.
Kecil dan ringan, namun bertenaga,
Koneksi tak terputus, tak lagi terjaga,
Malam sunyi, suara tawa mendekat,
Dalam layar bercahaya, kita berdekatan.
Sejarah menulis, setiap detik terpatri,
Dari suara tak jelas, kini harmoni,
Genggaman teknologi, membuka ruang,
Menghadirkan cinta, meski terpisah jauh.
Namun, di balik gemerlap cahaya,
Ada bayang-bayang, bisikan rasa,
Interaksi tereduksi, tatap muka samar,
Di antara gelombang, kita belajar makna.
Oh, untaian logam dan gelombang, alat ajaib,
Jembatan antara hati dan jiwa,
Di tengah dunia yang kian meluas,
Semoga kita tak kehilangan sentuhan nyata.
Puisi "Di Antara Gelombang" menggambarkan bagaimana telepon genggam telah mengubah cara kita berkomunikasi dan terhubung dengan orang lain. Berikut makna yang terkandung dalam puisi tersebut:
Koneksi dan jarak: Puisi menyoroti kemampuan telepon genggam untuk menghubungkan orang-orang yang terpisah oleh jarak, memungkinkan komunikasi yang cepat dan efisien.
Perubahan sosial: Ada refleksi tentang bagaimana interaksi sosial berubah—dari komunikasi tatap muka menjadi komunikasi digital, yang membawa kedekatan sekaligus menjauhkan kita dari pengalaman fisik yang nyata.
Keajaiban teknologi: Telepon genggam digambarkan sebagai alat ajaib yang membawa kemudahan, tetapi juga menimbulkan tantangan, seperti pengurangan interaksi langsung.
Kesadaran perihal keterhubungan: Puisi mengajak pembaca untuk menyadari pentingnya menjaga hubungan yang lebih dalam dan nyata, meskipun teknologi memudahkan kita untuk terhubung.
Secara keseluruhan, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan dampak teknologi pada hubungan sosial dan pentingnya mempertahankan keaslian dalam interaksi kita.
0 comments:
Post a Comment