Tuesday, October 8, 2024

Puisi: Di Museum Digital, Bahasa Terlupa

Di Museum Digital, Bahasa Terlupa

Suatu ketika di zaman purba,
Ada bahasa yang kini sirna,
FORTRAN dan COBOL jadi legenda,
Dulu jaya, kini tak terdengar suara.

Byte demi byte mereka menari,
Dalam dunia kode mereka berseri,
Tapi kini hanya jadi kenangan,
Ditinggal Python dan kawan-kawan.

Sang programmer tua berkata bijak,
"Dulu kami tak pakai grafik canggih," sambil terkekeh jenaka,
"Kini kalian pakai bahasa modern,
Tapi coba dek, ingatlah yang kuno janganlah hilang."

Kini di museum mereka beristirahat,
Bahasa pemrograman yang dulu hebat,
Dilupakan generasi yang terburu cepat,
Ah, nasib bahasa yang tak lagi lekat.



Puisi ini menggambarkan punahnya bahasa pemrograman lama seperti FORTRAN dan COBOL, yang dulu sangat dominan di dunia komputasi tetapi kini tersisih oleh bahasa-bahasa modern seperti Python atau JavaScript. Lewat personifikasi museum dan para programmer tua, puisi ini mengajak kita untuk menghargai sejarah teknologi yang sering kali terlupakan. Makna yang tersirat adalah bahwa inovasi selalu menggeser masa lalu, tetapi penting untuk tetap mengenang dasar-dasar yang pernah berjaya.

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.