Monday, October 14, 2024

Puisi: 10 Hukum Dunia Digital

10 Hukum  Dunia Digital

Babak 1: Jangan Ada Komputer Jahat di Hadapanmu
Di layar biru kau setia,
Komputermu, penuh etika.
Hanya padanya kau berpaling,
Segala data padanya kau sambung kelingking.

Babak 2: Jangan Mencuri Piksel Tetangga
Di jendela tetangga kau tak mengintip,
Foldernya tertutup, jangan kau culik.
Segala milik di dunia maya,
Bukan untukmu, walau ada di layar terbuka.

Babak 3: Jangan Berpura-pura Jadi Orang Lain
Jangan bersalin rupa di ruang siber,
Jadilah dirimu, tak perlu sihir.
Dengan topeng digital kau berjalan,
Tapi jejak IP-mu akan terbongkar perlahan.

Babak 4: Hormati Privasi Orang
Di email tetangga jangan kau selidik,
Privacy itu bukan sekadar click.
Layaknya surat yang disegel rapat,
Jaga privasi, agar hidup tak berat.

Babak 5: Jangan Menyebarkan Malware Ke Mana-Mana
Virus itu bukan hadiah manis,
Jangan kau kirim di hari Senin atau Kamis.
Sistem rusak, jiwa pun kacau,
Malware itu iblis dunia siber yang keruh.

Babak 6: Jangan Meretas Secara Kejam
Menjadi hacker bak ninja malam,
Tapi tak untuk rusak, hanya diam.
Tak ada kehormatan di kode yang kau langgar,
Sebarkan keamanan, tak perlu gentar.

Babak 7: Jangan Pakai Kode Gelap
Script gelap yang kau tulis sembunyi,
Hanya buat orang lain menangis sendiri.
Bermain curang dalam coding malam,
Takkan buat dunia siber lebih dalam.

Babak 8: Hormati Hasil Karya Orang Lain
Program dan file yang dibuat susah,
Jangan kau curi, walau kau lelah.
Hormati kreasi yang sungguh nyata,
Meski berbentuk file atau data.

Babak 9: Bagikan Pengetahuan untuk Kebaikan
Ilmu itu seperti cahaya bintang,
Berbagi takkan buatmu hilang.
Buka code, buka pikiran,
Agar dunia digital penuh wawasan.

Babak 10: Etika di Dunia Nyata Sama di Dunia Maya
Apa yang kau lakukan di ruang nyata,
Cerminkan dirimu di ruang maya.
Etika tak beda, baik di layar atau ruang,
Jadi manusia bijak, di dunia tanpa uang.

 



Makna Masing-Masing Babak

 
Puisi ini membahas prinsip-prinsip etika komputer secara implisit. Babak pertama menyarankan untuk tidak menggunakan komputer untuk merugikan atau menyakiti orang lain. Babak kedua dan ketiga menegaskan pentingnya menjaga privasi dan identitas, tanpa mencuri atau berpura-pura menjadi orang lain. Babak keempat hingga ketujuh berbicara tentang menjaga privasi orang lain, tidak menyebarkan virus, tidak meretas, serta tidak menggunakan kode untuk hal-hal jahat. Babak kedelapan menyoroti pentingnya menghargai karya orang lain, sementara babak kesembilan mengajak untuk berbagi ilmu demi kebaikan bersama. Terakhir, babak kesepuluh mengingatkan bahwa etika berlaku sama baik di dunia nyata maupun maya.

Puisi: Simley Kelewat Ekspresif

Simley Kelewat Ekspresif

Simley tersenyum di layar kecil,
Mata bulat, mulut mungil, manisnya stabil.
Lalu datang Simley yang rada usil,
Ngirim wink ;) bikin semua kaget dan kikil.

Ada juga si XD yang ketawa terbahak,
Sampai emot lain bilang, "Bro, kamu berisik banget!"
Si :( datang, wajahnya muram sendu,
Padahal baru tadi dia join grup seru.

Di pojok ada si

dengan lidah menjulur,
Bikin suasana jadi makin akur.
Si ;) kirim pesan tanpa suara,
Bikin hati sedikit deg-degan nggak karuan juga.

Mereka rame di grup chatting tanpa batas,
Setiap emosi muncul tanpa batasan kelas.
Simley di dunia maya, ekspresi nan fana,
Lucu tapi bikin dunia jadi lebih warna.

 


Antara Jalan dan Pesanan

Antara Jalan dan Pesanan

Dipesan tadi es teh manis,
Yang datang malah sayur gadis,
Kurirnya bilang, "Maaf ya, Mas,
Jalan macet, aku jadi lemas."

"Nasi goreng, teh ayam bakar,
Kok malah bubur ayam sumbar?"
Di chat kurir, aku protes,
"Tunggu, Mas, nanti aku beres!"

Terus nunggu, perutku lapar,
Harapan es jeruk tinggal samar,
Tiba-tiba kurir bilang ceria,
"Pesananmu hilang di area dua!"

Aku cek GPS, kurir putar,
Lewati jalan, berliku putar,
Di chat dia bilang, "Sabar, Bro,
Tadi aku nyasar ke toko stro!"

Akhirnya datang, lega di hati,
Tapi sayang, es jeruk ku mati,
Pakai senyum, dia bilang lirih,
"Ini pasti ada konspirasi sih!"

Terbang, Bukan Tawon

Terbang, Bukan Tawon

Ada suara dengung di langit biru,
Melintasi awan, terbang tinggi penuh laku.
Tak punya sayap, tapi melayang indah,
Lewat jendela kamar, melewati genting rumah.

Kucingku heran, kepala miring mengintip,
Ada benda kecil melaju, bikin dia terpikir.
Bukan elang, bukan layangan di udara,
Ini makhluk terbang yang aneh tapi nyata.

Di taman sebelah, tetangga berbisik,
“Jangan-jangan itu pesawat plastik?”
Melaju pelan, kemudian cepat,
Berlari ke arah antena dengan nekat.

Aku tertawa sambil pegang alat,
Sembunyi di balik pagar, tetap semangat.
Tak perlu teriak, cukup satu tombol,
Benda itu naik, melesat tanpa kontrol.

Terbang lagi hari ini, besok lebih piawai,
Semoga kali ini tak menabrak tiang sampai rusak parah,
Benda kecil di langit, terus menari,
Menjelajahi dunia tanpa henti-henti.


Puisi: Aku dan Gelas Kopi yang Tidak Nyata

Aku dan Gelas Kopi yang Tidak Nyata

Di balik kacamata ajaibku,
Kota jadi arena penuh keliru,
Jalan raya lengang, eh, tapi tunggu,
Ada ubur-ubur melayang, kok aku bingung?

Gelas kopi di udara, menggoda diriku,
Tanganku terulur, tapi hampa yang kutuju,
Ternyata dunia maya, bukan nyata, aduhai,
Tertipu lagi, padahal tadi hampir kuyakini.

Lampu lalu lintas? Salah warna,
Biru kuning jingga, semua gembira,
Ku tersenyum sendiri, tak bisa mengelak,
Kacamata ini, sungguh bikin hidup terbalik.

Semua tampak nyata, tapi tak bisa ku sentuh,
Realita yang kabur, bagai angin di ufuk jauh,
Hidupku berubah jadi panggung komedi,
Saat dunia maya menari di depan mata ini.


Puisi: Sistem yang Katanya Pintar

Sistem yang Katanya Pintar

Di meja kantorku yang penuh kertas,
Datanglah dia, sistem serba jelas.
Katanya akan rapih, katanya akan mudah,
Segala data teratur, bebas dari lelah.

Layar berkedip, grafik terbang,
Angka-angka meluncur, semuanya hilang.
Pesanan masuk, stok berkurang,
Tapi kenapa malah tambah bimbang?

Mungkin tombol ini, atau kolom itu,
Laporan jadi, tapi kenapa selalu satu?
Sistem canggih, bikin janji tinggi,
Namun menggunakannya, aku jadi bingung sendiri.

Manajer tertawa, “Tenang, itu biasa,”
Katanya semua butuh waktu seirama.
Tapi sampai kapan kita berjuang,
Dalam layar penuh tanda tanya yang tak hilang?

Gudang terpantau, produk tercatat,
Namun entah kenapa, kerja jadi lambat.
Sistem ini memang pintar, katanya mahir,
Tapi kadang bikin hariku sedikit getir.



Makna Puisi:

Puisi ini menyampaikan pengalaman frustrasi yang dihadapi oleh para pekerja saat menggunakan sistem teknologi kompleks yang dijanjikan akan mempermudah pekerjaan mereka. Meskipun sistem tersebut dirancang untuk mengatur berbagai data dan operasi bisnis secara efisien, kenyataannya pengguna sering kali harus menghadapi kebingungan dan masalah teknis yang tidak terduga. Melalui pendekatan humor, puisi ini menunjukkan bahwa teknologi yang “pintar” tidak selalu memberikan pengalaman yang mudah, dan adaptasi dengan sistem tersebut bisa menjadi perjalanan yang menantang.

Puisi: Detektif Bit dan Byte

Detektif Bit dan Byte

Di dunia digital penuh misteri,
Ada pekerjaan lucu, si tukang teliti.
Bukan detektif jalan atau lacak sidik jari,
Tapi komputer forensik, si pemburu memori.

Laptop tergeletak, layar redup termenung,
Di dalamnya jejak-jejak file pun terhitung.
Di pojok sana, mouse berlari ketakutan,
Seakan menyembunyikan rahasia yang tak tertahankan.

"Mana filemu yang terhapus?" seru sang pakar,
Sambil memeriksa folder dengan gaya tegar.
Dokumen nakal, hilang tanpa jejak,
Tapi detektif tahu, data takkan lepas.

Hard disk menangis, RAM berteriak,
Sang pakar sibuk, tak kenal lelah.
CPU panas, browser pun pingsan,
Namun si detektif tetap bertahan.

"Aha! Ini dia jejak yang tertinggal!"
Virus tertawa, tapi tetap gagal.
Sang detektif tersenyum penuh semangat,
Satu lagi kasus digital terselesaikan hebat.

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
Dr. Feri Sulianta, S.T., M.T., MOS, MTA, CPC, CNNLP, CHA mengawali karir sebagai Chief Information Officer, saat ini ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menggeluti peran sebagai life coach. Kegemarannya menulis membuatnya didapuk MURI(2016) sebagai penulis buku Teknologi Informasi terbanyak. LEPRID (2018) memberikan apresiasi sebagai Penulis dengan Kategori Buku Terbanyak, 19 kategori untuk 88 buku. Hingga kini Feri Sulianta sudah memublikasikan lebih dari 100 judul buku.

Puisi: 10 Hukum Dunia Digital

10 Hukum  Dunia Digital Babak 1: Jangan Ada Komputer Jahat di Hadapanmu Di layar biru kau setia, Komputermu, penuh etika. Hanya padanya kau ...